Beberapa pembeli minyak mentah Rusia yang berasal dari Asia Tenggara tampaknya mulai enggan mengambil barel sanksi. Kepala eksekutif energi berjangka Robert Yawger di Mizuho, New York, mengungkapkan bahwa hal ini telah membuat beberapa kapal tanker terjebak di pasar Asia Pasifik. “Mereka (minyak Rusia) mencari rumah di India dan China, tetapi (negara-negara itu) memiliki semua minyak mentah yang mereka butuhkan saat ini. Mereka penuh,” kata Yawger seperti dikutip The Wall Street Journal.
Meski begitu, pelaku pasar tidak mungkin kehilangan barel Rusia untuk saat ini. Permintaan minyak global telah melunak dalam beberapa bulan terakhir, meskipun ada rebound dalam tiga minggu sejak China dibuka kembali. Yawger memprediksi harga minyak bisa goyah dalam beberapa pekan mendatang jika aktivitas ekonomi terus merana. “Sisi permintaan adalah masalah yang lebih besar saat ini. Pasokan pada dasarnya bukan masalah,” kata Yawger.
Kremlin tampaknya bersedia bekerja keras untuk meredam dampak upaya Barat untuk melumpuhkan sumber daya energi Rusia. Presiden Vladimir Putin mengatakan dia tidak melihat potensi kerugian bagi sektor minyak dan gas Rusia dari batas harga Eropa. Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow dapat memangkas produksi minyak sebagai tanggapan atas pembatasan harga Barat. Pengurangan produksi minyak yang dapat dilakukan Rusia dari 500.000 menjadi 700.000 barel per hari, yang digambarkan sebagai pengurangan kapasitas 5% hingga 7%, diharapkan pada awal tahun depan.
Di sisi lain, negara-negara Eropa sedang mempersiapkan larangan produk minyak bumi olahan seperti diesel pada Februari 2023, yang diprediksi beberapa analis akan berdampak lebih besar pada pasar global. Negara-negara Barat juga akan memberlakukan pembatasan harga pada produk minyak Rusia pada Februari. Konflik energi yang berjalan seiring dengan perang telah berkontribusi pada “ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya dari sisi penawaran dan telah mengakibatkan volatilitas di pasar minyak,” kata Paul Sheldon, analis risiko geopolitik di S&P Global Commodity Insights.